Saya mendadak tertarik dengan sebuah tempat dalam browsingan saya. Tempat yang sebetulnya enggak jauh-jauh amat dari rumah saya, sama-sama di Surabaya, tapi bahkan mungkin banyak yang belum tahu: Stasiun Mesigit.
Ya, Stasiun Mesigit. Siapa sangka Surabaya punya stasiun tersembunyi seperti Mesigit. Siapa sangka bahwa di tengah pemukiman kumuh daerah Dupak, Surabaya - yang mayoritas dihuni secara berhimpit-himpitan - terdapat stasiun yang tugasnya penting: untuk mengontrol dan mengatur jalur dari tiga persimpangan stasiun besar: Surabaya Pasarturi, Surabaya Kota, dan Sidotopo yang saling bertemu di sebuah lokasi yang dinamakan Segitiga Mesigit.
Stasiun Mesigit (MST) di era Kolonial Belanda, tampak dulunya adalah sebuah stasiun kelas II (Sumber foto tertulis - Universitas Leiden Belanda) |
Stasiun Mesigit dulu juga melayani pemberhentian penumpang, lain kali akan saya tunjukkan bekas karcis kereta dengan tujuan Kalimas-Gresikkota. Stasiun yang berkode MST ini dulunya merupakan stasiun pulau dimana bangunan stasiun berada di tengah-tengah jalur rel. Ke arah selatan adalah jalur milik maskapai NIS (Nederlands Indische Spoorweg), sedangkan ke arah utara dan timur adalah jalur menuju Kalimas dan Surabaya Kota/Sidotopo milik maskapai Staatsspoorwegen (SS). Tidak jelas bagaimana pengaturan jalur dari Stasiun Mesigit ketika itu karena saya sejauh ini tidak menemukan data otentik bagaimana dua maskapai dapat disatukan dalam satu stasiun.
Berdasarkan data yang saya peroleh, ternyata emplasemen Stasiun Mesigit masa itu cukup lebar dengan 4 jalur. Kereta api yang melintas umumnya kereta api barang dengan tujuan akhir Pelabuhan Tanjung Perak via Kalimas berupa angkutan minyak, pupuk, dan logistik. Ini cukup dimaklumi karena ketika itu jalur menuju pelabuhan banyak sekali dan tiap maskapai kapal dan perusahaan pelabuhan punya rel sendiri.
Saya berkesempatan mengunjungi stasiun ini di pertengahan 2014 bersama sesama pecinta kereta api. Sebelumnya, saya memang sudah memperoleh gambaran bahwa keadaan di stasiun ini sudah mengenaskan dimana bangunan utamanya sudah menjadi rumah penduduk dan stasiun baru dibangun di sisi selatan bangunan asli Stasiun Mesigit.
Rel masuk Stasiun Mesigit dari arah Surabaya Pasarturi (Sumber foto: Istimewa) |
Sebenernya untuk masuk kesana butuh kesabaran dan kehati-hatian ekstra mengingat lokasi stasiun ini ada di pemukiman kumuh dan kawasan 'merah' Kota Surabaya. Bahkan ketika kami memotret beberapa sisi stasiun ini, banyak mata memandang sinis dan tak bersahabat. Untunglah kami diijinkan masuk oleh PPKA Stasiun yang baik hati.
Kedatangan Kereta Api dari Surabaya Pasarturi ke Kalimas |
Saat ini, Stasiun Mesigit hanya melayani persilangan KA dan mengontrol rute jalur masuk-keluar KA yang menuju ke Kalimas, Surabaya Pasarturi, dan Surabaya Kota/Sidotopo. Pos pengontrolan juga dibangun di Segitiga Mesigit yang ada sebelum viaduk Tugu Pahlawan dari arah Surabaya Kota (di samping Gedung Kantor Gubernur Jatim).
Papan nama stasiun ini pun cukup kecil dan hampir tak terlihat - yang membuat orang sukar untuk mencari. Tetapi, bangunan stasiun masih asli walaupun tak terpakai. Namun sayang foto di saya masih belum ketemu, nanti kalo udah saya edit post deh :))
Pesan saya sih kalo mau mengunjungi stasiun ini, jangan memakai atau menggunakan benda-benda yang mencolok, karena bahkan masinis pun jika berhenti di sini masih khawatir tentang keamanannya. Pastikan selalu safe visit dan safe hunting bagi yang mau mengabadikan momen di sini ya..
menambah pengetauan
ReplyDeletefoto foto disini aman mas?
ReplyDeleteIshaAllah, aman boss...
DeleteMemori masa kecil sering main2 di stasiun masigit...
ReplyDelete