Sunday, February 2, 2014

Warga Jepara, Saya Menyebutnya Pantai Pasir Halus!

Dalam perjalanan pulang dari Karimunjawa yang gagal, saya iseng untuk eksplor di Kabupaten Jepara. Itung-itung untuk menambal rasa dongkol lah gara-gara plan dadakan ke Karimunjawa harus berantakan hanya karena Karimunjawa lagi ombak besar dan pasca banjir yang melanda Jepara, Pati , Kudus, dan sekitarnya awal 2014 silam.

Perjalanan berangkat memang dibumbui sedikit banyak kisah pilu. Bayangkan, bila beberapa waktu lalu jika kita melewati jalur pantura Rembang-Pati dengan banyak keceriaan yang bisa kita temukan di kiri-kanan jalan, ketika itu hampir tak berbekas. Bulak-bulak padi dan tebu yang biasanya dengan mudah kita temukan, hamparan tambak garam maupun ikan milik petani tambak di Rembang-Juana yang sudah menjadi pemandangan sehari-hari di kawasan Pantura, mendadak hilang. Yang tersisa adalah sebidang jalan aspal yang rata, yang di sekelilingnya dipenuhi tanaman busuk, baik padi, tebu, pisang atau semacamnya. Jalan aspal yang dahulunya di kiri kanan jalan terhampar pemandangan hijau, berubah menjadi air keruh sisa banjir besar awal tahun 2014.

Bukan berhenti di Pantura, ketika berbelok menuju wilayah Tayu di Jepara pun menjelang jembatan sungai yang bermuara di Gunung Muria itu, terhampar dengan jelas tanaman yang membusuk sisa banjir. Selain banjir juga cuaca buruk yang sewaktu-waktu mengancam dengan angin dan ombak besar di laut utara Pulau Jawa.

Itulah yang mendasari saya untuk eksplor di Jepara lebih jauh. Mungkin saja ada yang masih 'selamat' dari musibah besar itu. Setelah bertanya kesana kemari dan browsing di internet, akhirnya saya menemukan suatu pantai yang cukup 'terasing' di wilayah Jepara bagian utara.

Voila! Jalan makadam menuju ke pantai yang bahkan tanpa nama :))
Dari tukang becak dan tukang angkat pengusaha mebel di pelosok Jepara bagian Utara, saya bersama 2 teman saya yang memang saya ajak dari Surabaya akhirnya berjalan kaki menuju ke kawasan pantai tersebut. Pantai inilah satu dari sedikit pantai yang terselamatkan dari musibah banjir besar dan ombak besar yang terjadi beberapa waktu lalu, menurut warga Jepara. Dan untuk nama pantai ini sendiri pun banyak yang masih meragukan, apakah namanya Pantai Utara, Pantai Muria, atau Pantai Macan. Yang jelas saya bakal menyebut sebagai pantai-yang-tak-ada-namanya, hehehe...

Perjalanan ke pantai ini pun walaupun agak jauh (namanya juga jalan kaki keleeeus), kami disuguhi pemandangan hamparan sawah yang mulai mencoba move on  ditanami kembali, perkampungan pelosok Jepara, anak-anak kecil yang menguntit kami dengan riang, dan tentu saja senyum khas masyarakat Jawa Tengah. Benar-benar mengobati kekecewaan kami tentang Karimunjawa. Tapi, masa bodoh lah! We're just started the new exploration.

Sebagai informasi, pantai ini lokasinya ada di pucuk pulau Jawa di bagian utara. Tanah Jawa paling pucuk di Kabupaten Jepara. Maka dari itu tak heran kalau masih banyak warganya yang jadi pengusaha kayu, yang kebanyakan digunakan sebagai mebel.

Tanah berpasir putih! Tanda pantai sudah dekat..
Dari jalan yang juga berkontur perbukitan itu, kami menemukan tumbuhan nanas berjejer rapi. Tampaknya tempat ini telah dimanfaatkan penduduk sekitar untuk berkebun nanas. Dan apa yang terjadi? Tanahnya berpasir pantai! Voila, pasti sudah dekat pantai. Tetapi kami belum juga mendengar suara ombak ataupun 'bau' pantai.

Membelah tanaman nanas berjejer, jalan yang harus dilalui masuk di antara rimbunnya tanaman nanas. Note: Abaikan orang yang ada di foto!!!
Perjalanan selanjutnya adalah membelah kebun nanas dan rimbunnya dedaunan nanas plus tanaman yang lain yang ada di lokasi itu. Sebuah pekerjaan konyol hanya untuk pantai, tapi yah inilah traveling!

Setelah sekitar 10 menit bergelut dengan nanas dan masih ditemani anak-anak kecil yang berlarian di sekeliling saya yang juga dapat saya jadikan teman ngobrol sekaligus guide, akhirnya...

Pantaaaaaaaai ! Bonus cewe 2 orang, entah warga sekitar, entah apapun, bodo amat!
Pantaaaai ! Benar kata orang-orang yang telah kami tanya tadi. Pantai ini seperti yak kena imbas musibah waktu lalu. Pantainya juga masih putih, lautnya juga masih biru dan jernih.

Pasir lembut ini serasa mengajak kaki saya untuk berlarian di tengah pantai
Kontur pasirnya tipis tetapi tidak tajam. Mungkin hampir sama dengan kontur pasir di Pantai Balekambang Malang ataupun Pantai Goa Cina Malang, tetapi lebih halus ini. Kalo boleh usul nama sih, pantai ini diberi nama Pantai Pasir Halus aja biar lebih menjual dan tertancap di benak orang untuk merasakan pasirnya. Kalo dalam ilmu marketing, diferensiasinya dapet, taglinenya dapet pula, hehehe..

Anak-anak kecil sekitar pantai yang selalu mengikuti kami. Entahlah, semoga kalian sukses! :)
Menikmati sunset sore di pantai, sungguh suatu hal yang mengasyikkan
Di belakang saya adalah bekas bangunan, gak jelas juga bangunan apa, mungkin mau dibangun resort
Kata orang: nyantai kayak di pantai :D

No comments:

Post a Comment