Malam pun tiba, sejenak saya malah punya pikiran untuk ke Malioboro. Biasanya kalo ke Malioboro kan selalu rombongan, paling tidak saya malam ini harus bisa kesana walaupun cuma sendirian.
Setelah makan malam di warung Sop Ayam Pak Min Klaten yang legendaris itu, pergilah saya sendirian ke Malioboro. Kali ini situasinya begitu terasa. Alone in Malioboro... Hmm, lebih tepatnya Lost In Malioboro kali ya. Tapi siapa sangka saya malah punya pengalaman baru di sini. Pengalaman yang tentunya akan sulit untuk hilang di benak saya. Bercengkrama dengan para pedagang di Malioboro, ditawari kopi dalam keramahan masyarakat Jogja, dan bahkan ikut mencoba jadi kusir - dengan keramahan pak kusir delman di Malioboro tentunya.
 |
Malioboro in the late-evening |
Saya mencoba berjalan lagi, mengeksplor seluruh Malioboro sampai puas, sesuai tekad saya ketika memutuskan traveling sendirian. Dan apa yang terjadi.... Ternyata ketemu teman lama yang kebetulan berada di Jogja. Karena hobi sama-sama traveling dan dia tidak keberatan ketika saya bilang mau eksplor seluruh Malioboro, jadilah kemudian malah eksplor bareng.
 |
Malioboro dalam lingkup keramahan Jogja menjelang tengah malam. Banyak orbs? Dilarang protes! |
Hari menjelang tengah malam ketika saya merasa mulai butuh istirahat. Karena lokasi hotel saya yang lumayan dekat dari Malioboro dan teman saya yang langsung balik ke stasiun untuk menunggu KA Bima arah Surabaya, saya memutuskan mengakhiri eksplorasi ini. Banyak yang saya dapat, banyak pengalaman baru, banyak hal-hal baru yang saya temui. Mulai bertukar cerita dengan para pedagang sampai ikut mencoba nyetir delman, bagi saya ini seru! Dan sumpah saya bukan kampanye, bukan blusukan, dan bukan menyamar loh :)))
Saya baru bisa beranjak dari menikmati keramahan dan kehangatan Malioboro ketika jam menunjukkan pukul 3 pagi. Bahkan di jam-jam menjelang subuh itupun, Malioboro tetap ramai, mengalunkan sebuah memori melodi, yang membuat siapapun betah berlama-lama di sana, tanpa merasa sendiri walaupun sendirian. Malioboro tetap hangat dan berpijak di sana serasa kita berada di sebuah cabang dunia, yang terpisah jauh dari sifat masyarakat urban, dengan ditemani suasana yang tak akan terbeli dimanapun...
 |
Bahkan menjelang subuh pun, Jogja dan Malioboro tetap ramai! :) |
No comments:
Post a Comment